Duduk di deretan paling belakang kursi dalam sebuah minibus mataku tak hentinya melihat pemandangan yang berada di kanan kiri jalan, minibus yang hari itu kami tumpangi bergerak dengan kecepatan rata-rata, pemandangan yang terlihat seputar hamparan sawah, rumput-rumput nan hijau serta rumah-rumah penduduk, sekilas mirip sekali dengan situasi di tanah air, dari kejauhan tampak bendera “Bintang Kuning” berkibar gagah yang dipasang pada sebuah tiang yang berada pas di depan gerbang perbatasan kamboja dan Vietnam, artinya Vietnam sudah didepan mata, negeri paman Ho tinggal sejengkal lagi, dalam hati kecilku berbisik akhirnya kaki ini bisa juga berpijak di atas dinegeri ini, Negeri yang ku kenal selama ini hanya lewat buku dan film, sekarang aku berada tepat didepanya.
Hati
ini rasanya tak dapat menahan diri untuk tidak mengabadikan momen demi momen,
akhirnya saya memutuskan untuk mengambil beberapa gambar dari kamera handphoneku
berkat bantuan seorang teman. Namun keadaan berubah menjadi tegang ketika seorang
petugas melarang kami untuk mengambil gambar, aku pura-pura tak mendengar dan bergegas
mengejar teman-teman menuju kantor imigrasi.
Di
kantor imigrasi tampak antrian panjang manusia yang akan masuk ke negeri itu,
dengan tergopoh-gopoh aku berusaha masuk antrian berharap tidak terpisah dari
teman-teman, syukurlah ternyata masih ada dua orang teman dibelakangku, semua
berbaris rapi. Suasana kantor imigrasi agak menakutkan buatku, selain karena
kejadian teguran petugas tadi, menurutku kantor imigrasi di Vietnam lebih mirip
kantor kodim, soalnya petugasnya imigrasinya berbaju hijau seperti baju tentara
ditambah muka masam para petugasnya, menambah tegang suasana, wah seperti di
film-film cetusku dalam hati, keadaan seperti ini sudah kubayangkan sebelumnya
bahwa Vietnam mungkin akan lebih ketat dari kamboja negara yang sebelumnya kami
datangi.
Saat
aku dapat giliran diperiksa, ada kejadian yang menurut saya agak ganjil, ternyata
teman-teman yang sudah melewati pemeriksaan memberitahu bahwa kita diharuskan
menyetor uang sebesar 1 USD yang diselikan ke dalam passport, wah masa di negara
sosialis ada pungli, sedikit kecewa, tapi demi kelancaran perjalanan saya ikut
saja dengan teman-teman melakukan hal yang sama, namun sial dua orang teman yang
berada dibelakang saya yang nekat tidak menyetor uang tersebut, yang mengakibatkan
mereka tertahan dan terpaksa harus mengantri kembali dari barisan paling
belakang. Wah terpaksa rombongan harus menunggu beberapa waktu.
Perasaan
ku baru lega ketika teman kami yang harus mengantri kembali telah menyelesaikan
pemerikasaannya, akhirnya bisa melanjutkan perjalanan, kami berjalan sekitar 200
meter untuk sampai ketempat minibus yang akan mengatar kami ke Kota Ho Chi
minh, sepanjang kanan kiri jalan menuju Ho Chi Minh City terlihat bergantian
banner palu arit dan bintang kuning yang kadang diselingi dengan foto pemimin
besar Ho Chi Minh, oh aku baru ingat mungkin juga karena tak lama lagi rakyat
Vietnam akan merayakan kemerdekaannya yang ke 70 yang jatuh pada tanggal 2
September.
Sebelum
sampai Ke Ho Chi Minh City saya interlude sebentar, saya coba ceritakan sedikit hal ikhwal kenapa
kami sampai di Vietnam ini, rombongan kami berjumlah 16 orang terdiri dari 15
mahasiswa dan satu dosen pendamping,sebenarnya Vietnam negara ke 2 yang kami
datangi sebelumnya kami dari Phnom Phen ibukota Kamboja. Perjalanan ini dalam
rangka kegiatan Bechmarking (Studi banding) kampus kami, negara yang
direncanakan untuk didatangi adalah 3 negara yakni Kamboja, Vietnam dan Laos
dari tanggal 23 Agustus sampai 3 September .
Kami
memasuki Vietnam melalui jalan darat dari Phnom penh (Kamboja) menuju Ho chi
minh City dengan menggunakan bus yang memakan waktu kurang lebih 10 jam menuju
ke kota terbesar yang ada di Vietnam itu
Ho Chi Minh City ; Kota Sejarah
Tak terasa
Malam pun jatuh, Saigon bermandi cahaya, didalam minibus aku berdecak kagum dengan
kemajuan kota ini, tak seperti bayanganku, ternyata kota ini sangat ramai,
dijalan kulihat para pengendara motor saling berkejaran mengalir teratur dibahu
kanan jalan sementra mobil mengabil sisi kiri entah bermuara kemana.
Kota
ini Dahulu dikenal dengan nama Saigon, pada tahun 1975 setelah Tentara Rakyat dan
Front Pembebasan Nasional (National Liberation Front) Vietnam berhasil
membebaskan Vietnam selatan dan menyatukanya kembali dengan Vietnam Utara, maka
namanya pun diubah menjadi Ho Chi Minh City (HCMC) untuk mengenang jasa
pemimpin mereka, Presiden Pertama Vietnam “Ho Chi Minh”.
Menurut
sejarah, Ho Chi Minh City juga sangat berpengaruh terhadap kemerdekaan
bangsa indonesia, oh kok bisa? ceritanya begini " Pada tanggal 6 Agustus
1945 sebuah bom atom dijatuhkan diatas kota Hiroshima Jepang oleh
Amerika serikat, disusul pada tanggal 9 agustus 1945, bom atom kedua
dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada
Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaannya".
“Soekarno,
Hatta selaku pimpinan PPKI
dan Radjiman sebagai mantan
ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat,
250 km di sebelah timur laut Saigon,Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang
kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia".
Semalam
di Ho Chi Minh
Karena
hanya punya waktu semalam di Ho Chi Minh kami memanfaatkan waktu tersebut untuk
belanja souvenir untuk oleh-oleh sekaligus berjalan-jalan menikmati Ho Chi Minh
City dimalam hari, kami memang sengaja memesan penginapan yang murah di daerah
pusat kota agar memudahkan jangkaun ke tempat yang menarik.
Dari
struktur bangunan kota ini sangat dipengaruhi gaya Prancis, maklum Vietnam
dijajah cukup lama oleh negeri mode ini, sejumlah bangunan bergaya klasik barat
ada di kota ini, hingga tidak heran HCMC di juluki sebagai “Mutiara dari
Timur Jauh " (Hòn ngọc Viễn Đông) atau "Paris di Timur" (Paris
Phương Đông).
Seperti
halnya dengan daerah lain, HCMC sangat menjaga nilai-nilai bangunan bersejarah.
Bekas istana Presiden Vietnam Selatan yang bernama Dinh Thong Nhat sekarang
dinamakan Reunification Palace masih terawat baik. Dikelilingi taman yang rapi,
di sini juga tempat bekas kediaman bekas Gubernur Prancis (Norodom Palace) yang
berdiri sejak 1868. Pada 1962 tempat ini dijatuhi bom, tetapi dibangun kembali
yang selesai pada 1966 dan diberi nama baru Independent Palace.
Di sebelah utara timur terlihat gereja terbesar Nha Tho Duc Ba (Notre Dame or Cathedral of our Lady) yang didirikan pada 1877 dengan patung Bunda Maria di depannya, serta Bao Tang Chung Tich Chien Tranh atau War Remnants Museum, Juga ada bekas Gia Liong Palace, sekarang dijadikan Ho Chi Minh City Museum.
Di sebelah utara timur terlihat gereja terbesar Nha Tho Duc Ba (Notre Dame or Cathedral of our Lady) yang didirikan pada 1877 dengan patung Bunda Maria di depannya, serta Bao Tang Chung Tich Chien Tranh atau War Remnants Museum, Juga ada bekas Gia Liong Palace, sekarang dijadikan Ho Chi Minh City Museum.
Namun
karena keterbatasan waktu kami tak sempat melihat lebih jauh, kami hanya punya
waktu semalam dikota ini, karena tujuan utama perjalanan ini bukan di HCMC tapi
justru di salah satu Provinsi yang ada dibagian tengan Vietnam yakni Danang
Berwisata ke kota HCMC sangat meyenangkan, selain murah
meriah karena nilai mata uang mereka "Dong" lebih rendah dari
"Rupiah", semua barang-barang dan akomodasi relatif murah.
Mengapa murah? karena negara memberi subsidi yang besar
kepada rakyatnya dalam banyak sektor, seperti pendidikan gratis, kesehatan
gratis, dan banyak lagi fasilitas negara lainnya.
...bersambung...
Sepenggal Cerita dari Negeri Paman Ho
4/
5
Oleh
ok