its time to say Goodbye to Ho Chi Minh City saatnya melanjutkan perjalanan kesalah satu Provinsi yakni Da Nang, Provinsi ini berada di bagian tengah dari Vietnam, kembali menjadi manusia bus, tetapi untung busnya jenis sleeping bus jadi sangat nyaman, perjalanan dari Ho Chi Minh City akan memakan waktu selama 24 jam.
Berangkat pukul
9 pagi, rasanya masih enggan meninggalkan HCMC karena belum maksimal mengeksplore,
namun apa daya kaki harus melangkah, disepanjang jalan menuju Da Nang saya
memaksimalkan mengambil gambar dari dalam bus untuk kebutuhan oleh-oleh
dokumentasi.
Bus berjalan
teratur dengan kecepatan sekitar 70-80 km/Jam sepertinya ada aturan di Vietnam agar
supir tak ngebut, dan disetiap perhentian bus kita hanya dikasi waaktu 10
menit, wow jadi waktu perhentian hanya bs dimaanfaatkan untuk buang air kecil
dan ngerokok 1 batang, kejam juga menurutku, karena di Indonesia biasanya bisa
berlam-lama di tempat yang di singgahi oleh kendaraan.
Beberapa kali
bus singgah untuk beristirahat di beberapa provinsi, di Vietnam sendiri terdapat
58 yang dikelompokkan menjadi delapan wilayah regional yakni, delta sungai
merah, pantai tengah utara, pantai tengah selatan, barat laut, timur laut,
dataran tinggi tengah, dataran tinggi tenggara dan delta sungai Mekong.
Singgah di
Provinsi Bhin Thuan kemudian berturut mengikuti jalur laut cina selatan,
provinsi Ning Thuan, provinsi Khan Hoa, Phu Yen, Binh Dinh, Quan Ngai, Quang
Nam dan akhirnya masuk ke Da Nang City tempat yang kita tujuh.
Sepanjang
jalan dihiasi ornamen-ornamen merah, berbagai poster2 dan mural yang masih
bergaya soviet 1950 an, yang menurut teman saya artinya kurang lebih “tetap
abdi revolusi Agustus dan Hari Kemerdekaan ” ada juga “ Target negara adalah
kesejahteraan rakyat, negara yang kuat, demokrasi, setara dan beradab.
Hampir tidak
ada foto tokoh atau pemimpin lain yang dipajang di jalan-jalan selain foto
pemimpin besar mereka Ho Chi Minh atau
nama aslinya Nguyen Sinh Cung yang menjadi bapak pembebasan nasional serta
bapak pemersatu, yang menyatukan utara dan selatan, negeri yang dicabik-cabik
oleh kolonialisme selama ratusan tahun ini.
Danang Negeri
Putri Champa
Pukul 9 pagi
kami tiba di Da Nang city, kami di jemput oleh anci (teman dosen kami) menuju
ke hotel tempat menginap, Kota yang berada di bagian tengah Vietnam, tepatnya
di region pantai tengah selatan, kota ini dahulu dikenal dengan Singaphura
salah satu bagian dari kerjaan Champa.
Konon Kabarnya
Kerajaan Champa adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah yang
sekarang ini berada di Vietnam tengah dan selatan, pada tahun ke 7 hingga 1832
M. Selama beberapa abad menguasai wilayah tersebut, akhirnya kerajaan Champa
diokupasi oleh orang-orang Vietnam. Pada awalnya mereka adalah penganut Hindu
Shiwa dan kemudian beralih ke Islam sejak abad ke 13, sezaman dengan
perkembangan Islam di Nusantara.
Catatan-catatan
di Indonesia menunjukkan pengaruh Putri Darawati, seorang putri Champa yang
beragama Islam, terhadap suaminya, Kertawijaya,
raja Majapahit
ketujuh sehingga keluarga kerajaan Majapahit akhirnya memeluk agama Islam.
Makam Putri Campa dapat ditemukan di Trowulan,
situs ibukota Kerajaan Majapahit.
Di jalan
menuju penginapan, sepintas lalu saya melihat pesatnya pembangunan di kota ini,
kota yang menghadap ke laut cina selatan ini sedang bergeliat mempercantik
dirinya, Da Nang saya anggap kota yang cukup komplit karena mampu memaksimalkan 3 potensinya alamnya
yakni Gunung, Laut dan Sungai untuk di jadikan Icon Kota.
Sesampai di
Hotel kami beristirahat untuk memulihkan tenaga, karena esok teman-teman akan
berkunjung ke University of Danang untuk mengikuti seminar yang merupakan
kegiatan inti dari perjalanan ini.
Keesokan
harinya sekitar Pukul 1 siang waktu setempat kami bersiap menuju ke kampus yang
tidak jauh dari tempat kami menginap, University of Danang menyambut kami di sebuah
ruang pertemuan yang akan menjadi tempat kami seminar, ruang yang tidak luput
dari patung paman Ho dan yang tetap setia dengan benderanya, acara pembukaan
berlangsung sederhana, seorang mahasiswa menyanyikan lagu barat, setelah itu
ada tarian penyambutan dan sambutan yang disi oleh dosen kami dan Dekan
International Studies.
Presentasi
berjalan Lancar setelah itu sesi diskusi, seorang mahasiswa danang bertanya
tentang kebijakan salah satu menteri kita yakni soal illegal fishing yang
berakibat pengeboman terhadap kapal nelayan Vietnam oleh moderator pertanyaan ini diarahkan dijawab oleh saya, wah dengan
bahasa inggris yang terbatah-batah saya mencoba menanggapi pertanyaan tersebut.
Giliran saya
lagi yang bertanya soal kebijakan ekonomi dinegeri tersebut, apakah masih tetap
dengan sistem sosialisnya atau sudah bergeser seperti China?, pemerintah Vietnam
pada tahun 1985 ternyata telah menerapkan program yang mereka namakan “Doi Moi” adalah nama yang diberikan untuk reformasi ekonomi di Vietnam pada tahun 1986 dengan tujuan menciptakan "ekonomi pasar
berorientasi sosialis. Kurang lebih begitu jawaban seorang mahasiswa dan
dilengkapi oleh mahasiwa lainya sebagai penjelas.
Wah istilah
baru nih di kepalaku bertanya seperti apa itu sistem ekonomi pasar yang
berorintasi sosialis? Dan apa yang membedekanya dengan reformasi ekonomi “gaige
kaifang” ala Deng Xioping di Tiongkok?
Dan
apakah karena reformasi ini yang kemudian menjadi senjata ampuh Vietnam
menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat di asia
tenggara ? lalu bagaimana dengan sektor publiknya apa juga di buka
kepada pasar? kemudian pengorganisasian masyarakatnya seperti apa?
demokrasinya? kesejahteraan rakyatnya? dll berbagai pertanyaan ini pun
muncul dikepalaku seketika, namun karena terbatasnya waktu diskusi maka
tugas berikutnya adalah mencari jawaban-jawabanya.
Sepenggal Cerita dari Negeri Paman Ho (Bagian 2)
4/
5
Oleh
ok