Thursday, November 23, 2017

3 Tahun Tol Laut : Kendala dan Harapan



3 tahun sudah pemerintahan Jokowi menjalankan pemerintahan, salah satu program prioritas yang tercantum dalam visi Presiden Jokowi secara ekseternal yakni Poros Maritim Dunia dan internal yakni pembangunan tol laut, tulisan ini mencoba melihat kendala atau tantangan yang harus di selesaikan pemerintahan Jokowi-Jk agar program tol laut dapat berjalan secara efektif.

Pengertian tol laut yang ditekankan oleh Presiden Joko Widodo merupakan suatu konsep memperkuat jalur pelayaran yang dititikberatkan pada kawasan Indonesia bagian Timur. Konsep tersebut selain untuk mengkoneksikan jalur pelayaran dari barat ke timur Indonesia juga akan mempermudah akses niaga dari negara-negara Pasifik bagian selatan ke negara Asia bagian Timur. Ide dari konsep tol laut tersebut akan membuka akses regional dengan cara membuat dua pelabuhan besar berskala hub international yang dapat melayani kapal-kapal niaga besar di atas 3.000 TEU atau sekelas kapal Panamax 6000 TEU. Melalui realisasi rencana tersebut diharapkan Indonesia dapat memiliki peran yang signifikan dalam mendukung distribusi logistik internasional (Bappenas, 2015)

Pendulum Nusantara

Konsep Tol Laut sudah dicanangkan selama hampir 3 tahun  yang dimulai dari konsep pendulum nusantara. Dalam bahasa sederhana, Pendulum Nusantara adalah koridor laut utama penghubung Pelabuhan Belawan, Batam, Jakarta, Surabaya, Makasar hingga Sorong.

Pendulum Nasional yang dilontarkan oleh Pelindo di masa pemerintahan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono ini juga menjadi solusi yang efektif dalam mencegah berlayarnya kapal berkapasitas kosong dari satu tempat ke tempat lainnya. Walau begitu, kapal‐kapal kecil tetap dapat beroperasi. Keenam pelabuhan besar yang telah ditunjuk tadi akan menjadi pusat pelabuhan dari distribusi barang di area sekitarnya. Hal ini kemudian akan mempersingkat waktu dan mempermudah distribusi logistik di tiap‐tiap wilayah Indonesia.

Beberapa keuntungan yang menjadi kelebihan Pendulum Nasional dibandingkan pelabuhan individu, antara lain adalah sistem koridor yang dijalankan memungkinkan terbentuknya multiple port call dan ship size. Sementara pada pelabuhan individu, kapasitas penerimaan kapal kontainer akan sangat terbatas hanya pada masing‐masing pelabuhan. Selain itu, dalam sistem Pendulum Nasional, biaya yang dikenakan pada masing-masing pelabuhan akan lebih rendah. Hal ini disebabkan pembagian biaya menggunakan sistem jaringan (network) yang serupa dengan subsidi silang (IPC, 2013).

Supaya efisien, koridor utama (Pelabuhan Utama) didesain melayani kapal besar berisi 3.000 – 3.500 peti kemas ukuran 20 kaki (twenty foot equivalent unit/TEU). Muatannya dipasok oleh kapal pengumpan (feeder) berukuran lebih kecil berisi peti kemas 500-1.500 TEU dari pelabuhan cabang.

Dalam skenario dasar Tol Laut didesain 3 layanan angkutan laut yang terdiri dari alur utama tol laut yang menghubungkan 6 Pelabuhan Utama, kemudian sabuk layanan yang merupakan cluster wilayah yang terdiri dari beberapa pelabuhan pengumpan yang menjadi area dari Pelabuhan Utama dan sabuk layanan lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan yang bersifat individu.

Sumber: Bappenas
Skenario Dasar Tol Laut

Dari skenario dasar Tol Laut, kemudian pemerintah (Bappenas serta Kementerian Perhubungan) bersama Pelindo menetapkan 24 pelabuhan strategis untuk merealisasikan konsep Tol Laut yang terdiri dari 5 pelabuhan hub (2 hub internasional dan 3 hub nasional) serta 19 pelabuhan feeder. Pelabuhan Sorong direncanakan sebagai hub masa depan bersama pengembangan potensi wilayah hinterlandnya untuk meningkatkan potensi muatannya.

 Sumber: Bappenas

Menurut Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Pendulum Nusantara harus didukung empat pekerjaan utama. Pertama, meningkatkan prasarana pelabuhan. Kedua, membeli kapal lebih besar supaya lebih efisien. Ketiga, membangun sistem teknologi informasi penghubung seluruh pelabuhan utama. Keempat, meningkatkan sumber daya manusianya.

Kendala dan Harapan

Beberapa kendala dalam amatan penulis selama ini adalah :
Pertama, masalah insfrastruktur, seperti, rata-rata pelabuhan yang ada di Indonesia adalah pelabuhan tipe dangkal. kapal yang bermuatan 3.000 TEU hanya dapat bersandar di pelabuhan dengan kedalaman 12-14 Meter. Hanya Tanjung Priok yang kedalamannya 14 Meter. Pelabuhan Belawan, Batam, Jayapura, dan Tanjung Perak kedalamannya berkisar 7-9 Meter.

Kedua, konektifitas yang belum mengalami peningkatan seperti terlihat data peringkat indeks konektivitas Indonesia di sektor transportasi laut nyatanya melorot. Berdasarkan data yang dirilis World Economic Forum pada tahun 2015-2016, Indonesia berada di peringkat 82. Sebelumnya, pada tahun 2014-2015 kita menduduki peringkat 77.(makbul, 2016)

Pelaksanaan Tol Laut telah banyak memberikan kontribusi dan manfaat khususnya dalam menekan angka kesenjangan dan variasi harga dalam rangka meningkatkan pemerataan ekonomi. Tol laut selayaknya menjadi tonggak baru bagi pemerataan pembangunan antara wilayah Barat Indonesia dengan wilayah Timur Indonesia. Hadirnya tol laut di tengah-tengah masyarakat akan semakin menjamin ketersediaan barang melalui angkutan barang yang terjadwal sehingga akan semakin meningkatkan kemandirian bangsa Indonesia dalam memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya yang berada di Wilayah Timur Indonesia.

Namun demikian penetapan pelabuhan dalam tol laut bisa lebih efektif dan efisien jika secara geografis memperhatikan hinterland potensi daerah, perbandingan total cost of freight antara transportasi melalui darat dan transportasi melalui laut, dan infrastruktur jalan darat. Persaingan sesungguhnya bukanlah melawan perusahaan dengan perusahaan melainkan “supply chain dengan supply chain".  Makanya, pendekatan SCM menjadi sangat relevan dalam analisis daya saing pelabuhan dengan tujuan untuk memperluas "prinsip integrasi logistik ke semua perusahaan melalui kemitraan strategis dan pengaturan kerjasama. Implementasi konsep ini harus dilakukan secara bijak dengan melibatkan pelayaran nasional yang selama ini telah berkontribusi membangun dan menjalankan sistem transportasi laut Indonesia. Pelayaran nasional dan pelayaran rakyat harus dilibatkan sesuai dengan perannya masing-masing.

Dengan demikian, harapan akan penurunan biaya distribusi barang di Kawasan Timur Indonesia, efisiensi logistik dalam Program Tol Laut akan mendorong pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan industri di wilayah tersebut. Dalam jangka menengah dan panjang, hal ini akan mendorong peningkatan volume barang dari Kawasan Timur Indonesia sehingga kesenjangan antara pengiriman dari Barat ke Timur dengan Dari Timur ke Barat akan semakin diperkecil. Jika hal ini tercapai, maka operasional Tol Laut akan efisien.

Dian Inda Sari
Dosen di Akademi Maritim Belawan (Sumut)




Related Posts

3 Tahun Tol Laut : Kendala dan Harapan
4/ 5
Oleh