Saturday, March 5, 2016

Berziarah Ke Kamboja





Di langit Kamboja, Sungai Mekong memecah ke segala arah, memberi kehidupan tanpa memilih, kadang ia marah meluap, tetapi Ia lebih banyak memberi kehidupan tak mengharap kembali.

Sekitar 6 bulan yang lalu saya dan teman-teman berkunjung ke Kamboja, Kamboja salah satu negara yang kami kunjungi selain Vietnam, Laos dan Malaysia. Kamboja yang saya kenal selama ini adalah negara yang tak lepas dari konflik, sehingga ketika sampai di negara itu ada rasa was-was yang cukup besar dalam dada.

Mendarat di bandara International Phnom Penh serasa sangat kontras dengan bandara tempat kami transit sebelumya yang begitu megah, yakni bandara KLA2 di Kuala Lumpur Malaysia, bandara di Phnom Penh serasa seperti “kantor pos” maklum bandaranya terbilang kecil di banding dengan misalnya di Jakarta atau Makassar.

Di luar bandara, situasinya lebih parah mirip terminal, para calo kendaraan juga sudah langsung mengerubungi kami, untung ada seorang teman kami yang punya kenalan orang lokal, namanya Kim Tay, dia bergerak lincah dan merekomendasikan kepada kami untuk menaiki kendaraan khas Kamboja yang bernama “ tuk-tuk” mirip bentor kalau di Makassar menuju ke tempat penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya via internet.

Terik matahari ditambah macet dan debu mengingatkan kami suasana jalan  di Indonesia khususnya Jakarta dan Makassar, mobil dan motor saling berlomba menuju ke entah kemana, tapi walau pun macet tak ada bunyi klaskson sedikit pun. Jalan di Phnom Phen dipenuhi sepeda motor buatan China tetapi Mobilnya didominasi mobil Eropa dan Jepang, yang unik pelat kendaraan di Kamboja hanya dipasang di bagian belakang kendaraan.

Setiba dipenginapan kami langsung istirahat karena sebentar malam ada undangan dari salah satu LSM yang ada di Kamboja. Sore kami sudah prepare dan bersiap untuk ke tempat pertemuan, kami diterima dengan hangat oleh pengurus LSM kalau tak salah namanya “Politicoffe” diskusi pun berlansung menarik, beberapa topic yang kami bahas antara lain soal demokrasi dan hubungan internasional.

Setelah berdiskusi cukup panjang it’s time to say goodbye, kami berencana cari makan karena sejak siang perut belum terisi, namun setelah keliling-keliling kami tak mendapat satu pun rumah makan yang menyediakan makanan halal yang terbuka, mungkin karena kami juga terlalu lama tadi berdiskusi hingga lupa waktu sudah hampir tengah malam, teman-teman sudah kelihatan sangat lapar, terpaksa kami hanya beli nasi untuk dibawah pulang ke penginapan. Abon (bajubu)-lah yang menyelamatkan hidup kami, sebelum berangkat kami memang sudah mengantisipasi kalau-kalau tidak ada makanan halal maka masih ada alternatif.

Keesokan harinya kami siap-siap menuju ke Kedubes Indonesia, kami disambut oleh dua orang deputi, mereka langsung presentasi mengenai situasi kamboja, seperti situasi demografi, ekonomi, politik dan kebudayaan di kamboja.


Ternyata secara historis Indonesia dan kamboja punya hubungan dekat, raja mereka Jayawarman II katanya pernah berkunjung dan lama tinggal di Jawa, Raja Jayawarman II menurut pegawai Kedubes kemungkinan pernah “Magang” di Indonesia sebelum jadi Raja Kmher. Ada kesamaan antara Candi Borobudur dan Angcor Wat, mungkin dahulu ada hubungan diplomatik antara Raja Kmher dengan Raja di Jawa.

Selain itu Informasi yang kami dapat dari kedubes juga adalah kerjasama Indonesia dan kamboja dalam hal militer, tentara kamboja banyak dilatih oleh tentara Indonesia, sampai-sampai tentara kamboja katnya bisa berbahasa Indonesia, walaupun mungkin hanya seputar instruksi baris-berbaris “ balik kanan” balik kiri” dan “Maju Jalan”.

Sepulang dari kedubes kami memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan melihat kota Phnom Penh secara utuh. Phnom Phen seperti juga ibu kota negara lainya di Asia tenggara sedang giat-giatnya membangun, terutama dalam hal ini infrastruktur dasar dan yang lainya, namun Phnom Penh sebagai ibu kota cukup baik dalam memepertahankan situs2 sejarah dan budaya seperti kuil dan istana, mungkin karena Phnom Phen dahulu merupakan ibu kota kerajaan Kmher dan sekaligus kota suci hingga silih berganti tampuk kekuasaan tak menghancurkan situs2 dan cagar budaya dan dipertahankan sampai sekarang.

Destinasi yang pertama kami datangi adalah pasar (central Market) bentuknya menyerupai gunung dan berwarna kuning, disana dijual berbagai souvenir oleh-oleh, cukup banyak wisatawan asing yang kami temui di pasar ini, baik dari eropa atau yang lainya, sepertinya pemerintah Kamboja juga sangat giat mempromosikan pariwisatanya.




Tempat lain yang kami adalah Monument Kemerdekaan (Independence Monument) setelah itu kami lanjutkan ke Istana Raja (Royal Palace) yang disekelilingnya terdapat kuil-kuil suci ummat Buddha.


Namun tempat yang paling menarik perhatian saya adalah ketika kami melewati gedung dengan pagar yang dililiti kawat besi, menurut teman Lokal kami Kim Tay tempat itu adalah sebuah museum namanya Museum Toel Sleng, konon dulu tempat ini adalah sekolah namun ketika rezim Polpot berkuasa tempat ini dijadikan penjara, sebagai tempat penahan lawan-lawan politknya terutama dari kelas menengah dan intelektual serta para simpatisan rezim Lon Nol.  Dahulu ada sekitar 20.000 orang yang disiksa dan dibunuh di tempat ini. Namun sayang karena waktu yang terbatas  kami tak sempat masuk dan melihat -lihat kedalam museum , kami harus segera balik ke penginapan.



Keesokan harinya kami berkunjung ke kampus Royal University kamboja saya merasa agak grogi karena saya dapat giliran untuk presentasi  kalau nda salah judulku pada saat itu adalah “Reoganising power of new order in post reform era in Indonesia”. Setiba dikampus kami disambut dengan hangat oleh para mahasiswa dan dosen disana, bahkan seorang mahasiswa harus membantu saya memprintkan materi yang akan saya presentasikan karena materi masih dalam bentuk soft file. Entah karena kami terlampau siang datang atau karena dosen yang menerima kami memberi sambutan terlalu panjang berbicara sehingga saya ngga jadi presentasi, yah walau sedikit kecewa namun apa boleh buat.

Setalah presentasi selesai kemudian dilanjutkan dengan foto-foto dan makan, setelah itu kami kembali kepenginapan karena harus bersiap menuju ke negara selanjutnya, sore bus kami meluncur menuju ke Vietnam, Good bye Cambodia see you.






Related Posts

Berziarah Ke Kamboja
4/ 5
Oleh