Friday, November 10, 2017

Pahlawan Tak Dikenal


Begitulah kira-kira judul puisi penyair toto sudarto Bakhtiar dalam puisinya yang sepertinya di peruntukkan bagi para pahlawan yang " tak dikenal" pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya yang kemudian hari ditetapkan sebagai hari pahlawan.
Kira-kira isi puisinya sebagai berikut :
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda.
Puisi lirih ini mencoba menggambarkan manusia-manusia dalam kanca revolusi fisik pasca proklamasi khususnya peristiwa 10 November 1945.

Dibait kedua Toto melukis perjuangan dan pengorbanan para pemuda dalam mempertahankan kemerdekaan berhadapan tentara sekutu. 

Banyak dari kita hanya mengetahui peristiwa 10 november pada hari H saja, tanpa tahu latar belakang dari peristiwa tersebut.

Tersirat dalam puisi tersebut bahwa peristiwa 10 November bukan andil satu orang, bahkan kalau bisa dibilang bahwa para pemuda Surabaya bahu-membahu dalam peristiwa tersebut.

Setidaknya ada empat peristiwa yang saling terkait yakni insiden bendera hotel Yamato, rapat raksasa tambaksari, pelucutan senjata tentara Jepang, perempuran tiga hari melawan sekutu Inggris dan pertempuran 10 November.

Hal ini  tergambar dalam memoar Karya Somarsono Revolusi Agustus : Kesaksian seorang pelaku sejarah, dalam buku tersebut bahwa pra kondisi rapat tambak sari menjadi salah satu momentum untuk membakar semangat para pemuda.

Akhirnya sejarah kembali masih ditulis oleh pemenang. Penerima gelar pahlawan masih berdasar pada selera dan kepentingan kekuasaan, sementara tidak sedikit dari mereka yang pernah di bui, dibuang, dibunuh karena memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya tetap diburamkan dalam narasi sejarah resmi, bahkan dicap "Penghianat".

Photo : Wikipedia


Related Posts

Pahlawan Tak Dikenal
4/ 5
Oleh