Begitulah kira-kira judul puisi
penyair toto sudarto Bakhtiar dalam puisinya yang sepertinya di peruntukkan
bagi para pahlawan yang " tak dikenal" pada peristiwa 10 November
1945 di Surabaya yang kemudian hari ditetapkan sebagai hari pahlawan.
Kira-kira isi puisinya sebagai
berikut :
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda.
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda.
Puisi lirih ini mencoba menggambarkan
manusia-manusia dalam kanca revolusi fisik pasca proklamasi khususnya peristiwa
10 November 1945.
Dibait kedua Toto melukis perjuangan
dan pengorbanan para pemuda dalam mempertahankan kemerdekaan berhadapan tentara
sekutu.
Banyak dari kita hanya mengetahui
peristiwa 10 november pada hari H saja, tanpa tahu latar belakang dari
peristiwa tersebut.
Tersirat dalam puisi
tersebut bahwa peristiwa 10 November bukan andil satu orang, bahkan kalau bisa
dibilang bahwa para pemuda Surabaya bahu-membahu dalam peristiwa tersebut.
Setidaknya ada empat peristiwa yang
saling terkait yakni insiden bendera hotel Yamato, rapat raksasa tambaksari,
pelucutan senjata tentara Jepang, perempuran tiga hari melawan sekutu Inggris
dan pertempuran 10 November.
Hal ini tergambar dalam memoar Karya Somarsono
Revolusi Agustus : Kesaksian seorang pelaku sejarah, dalam buku tersebut bahwa
pra kondisi rapat tambak sari menjadi salah satu momentum untuk membakar
semangat para pemuda.
Akhirnya sejarah kembali masih
ditulis oleh pemenang. Penerima gelar pahlawan masih berdasar pada selera dan
kepentingan kekuasaan, sementara tidak sedikit dari mereka yang pernah di bui,
dibuang, dibunuh karena memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya tetap
diburamkan dalam narasi sejarah resmi, bahkan dicap "Penghianat".
Photo : Wikipedia
Pahlawan Tak Dikenal
4/
5
Oleh
ok